
Mungkin manakala yang dilihat adalah rentang begitu panjangnya usia usaha, bisa dikira usaha Mbah Sunarti kini telah mencapai puncak kesuksesan. Akan tetapi ternyata tidaklah demikian, usaha yang telah berjalan hampir 1 abad ini hingga sekarang rimbanya tetap tak berkembang. Perharinya untuk produksi cobek (berbagai ukuran) beliau hanya mampu menghasilkan 10 cobek. Harga jualpun ternyata tak setinggi yang dikira, dari penjualan 50 biji cobek yang dihasilkan setiap 2 minggu sekali, beliau meraup untung hanya sebesar Rp.65.000,00. Hemmm.......padahal proses pembuatannya tidak mudah lho......
Dalam 2 minggu, Mbah Sunarti membutuhkan bahan mentah tanah yang biasanya ditukar dengan uang Rp.15.000,00, tanah itu kemudian digiling dengan ongkos giling Rp.10.000,00. Tanah yang telah digiling tersebut di cetak menjadi cobek atau lainnya.. Tak berhenti sampai disitu, cobek yang telah dicetak akan dikeringkan 3 sampai 4 hari dahulu sebelum dibakar. Nah..... setelah dibakar, cobek siap dipasarkan.
Target pasar adalah sekitar Jombang sampai ke Kalimantan. Namun Mbah Sunarti tak melakukan penjualan sendiri, Ibu dari tujuh putra ini menyetorkan kepada distributor untuk menjual produksinya. Jarang sekali ada pembeli yang langsung datang kerumah yang sekaligus perusahaan beliau. Namun distributor mencari hasil karya beliau karena kualitas yang terkenal bagus. Apa yang menentukan kualitas itu? “ hasil buatan tangan dengan dengan mesin berbeda,” jelas Mbah Sunarti tentang alasan kualitas. Yupz.... mbah Sunarti dari awal usaha memang mencetak cobek secara manual, dengan tangan. Cobek hasil kelincaahan tangan beliau banyak dicari, namun usia tua menghalangi. Saat ditanya keinginan untuk memiliki mesin pencetak beliau dengan tegas menjawab, “Tidak..... meskipun dengan mesin bisa mencetak 300 per hari sedang dengan tangan hanya 10 per hari, tapi hasil mesin tidak sebagus tangan. Jadi, tidak kepingin punya mesin..... Begini saja.”

Bagaimana saat ramadhan tiba?..........
“Kalau puasa malah kendo (menurun untungnya-red) ...... tenaga banyak, permintaan banyak, tapi harga tetap. Usaha begini memang untungnya tidak seberapa, tapi mbah senang. Meski tua tapi semangat kan?..... Itu karena punya kesibukan..... tidak apa-apa uang sedikit yang penting bisa tenang ibadah ke Gusti Allah,” Ujar Mbah Sunarti diakhiri tawa tuanya yang renyah.
Semoga Barokah usaha Mbah Sunarti dan teman-teman pengrajin tanah liat yang memperkaya kreatifitas langit Jombang...... Bagi yang ingin beli cobek, kendi, atau kerajinan tanah liat yang lain ayo anjangsana ke Kebon Dalem Kademangan Mojoagung! [Syilvi]
kalau mau beli kemana ya?ada contact nya?
BalasHapusThx
Ds. Kebondalem kec. Mojoagung kab.jombang
HapusKebondalem mojoagung jombang....
BalasHapus085731449070
BalasHapusitu no WA ?
Hapus