Makan popcorn alias brondong jagung pasti sudah bahkan sering. Iya kan? Kalau brondong ketan bagaimana?.......
Brondong ketan memang bukan makanan modern, ia adalah makanan yang sudah ada dari zaman doeloe kala, namun sekarang pasti banyak yang tidak tahu itu makanan apa. Jombang punya desa yang produksi makan ini, yaitu di kecamatan ploso, tepatnya dusun Ngemplak desa Bawangan. Selain disini entah dimana lagi, sudah sulit ditemukan. Bahkan di desa ini hanya ada 7 orang saja yang memproduksi.
Proses pembuatannya sebenarnya cukup rumit. Pengolahannya dari gabah ketan yang telah mengering sampai jadi brondong sangat menyita waktu pembuatnya. Tapi mereka yang membuat senang-senang saja melakukan pekerjaan ini.
Singkat proses adalah, awalnya, gabah ketan yang kering digoreng di kuali. Agar penggorengan tidak lengket, maka digunakan abu dapur sejumput sebagai pengganti minyak goreng. Uniknya, menggorengnya menggunakan sapu lidi untuk mengaduk. Setelah ketan mengembang dari proses penggorengan, maka ia dibiarkan dingin. Barulah, jika sudah dingin dilakukan pengayakan. Pengayakan ini dilakukan untuk memisahkan ketan dengan kulitnya atau dengan beras nasi yang mungkin ikut tercampur. Untuk membedakan beras nasi dengan beras ketan sendiri sangat mudah. Jika beras nasi dia tidak akan bisa mengembang saat digoreng layaknya beras ketan. Proses pengayakan ini minimal dua kali agr brondong benar-benar bersih.
Setelah mengayak, maka selanjutnya yang dilakukan nadalah pengepalan agar berbentuk bulat. Saat membuat kepalan brondong, sarung tangan harus dibasahi dengan olesan gula cair (gula yang dicairkan hingga kental). Selain agar rasa brondong manis juga agar kepalan bisa lengket dan berbentuk bola-bola brondong. Ibu Laminten dengan tetangga beliau, Bapak Seran biasa memproduksi jajanan ini mulai malam hingga dini hari. Dan di pagi harinya, saat hasil gorengan ketan sudah dingin dan bersih dari campuran barulah beliau melakukan pengepalan.
Jika melihat proses produksinya, harga yang ditawarkan penjual bola-bola brondong tidaklah mahal.harga per pak berkisar anatara Rp. 700, - hingga Rp. 1000,-. Apalagi sekarang bukan musim panen ketan sehingga harga ketan mahal.
Yang unik lagi adalah penggorengan dan ayakannya. Penggorengannya adalah kuali yang lebih besar dan tebal dari kuali pada umumnya, sedangkan ayakannya juga demikian, lebih lebar dan rapi rajutannya. Saat ditanya apaka alat itu dibuat sendiri, beliau menjawab, “Untuk penggorengannya tidak dijual, tapi dipesan diDesa Mambang, khusus untuk menggoreng brondong. Eregnya (ayakan-red) juga dipesan khusus terbuat dari ayakan bambu. Harga penggorengannya sepuluh ribu, sedangkan ayakannya lima puluh ribu,”.
Ibu Laminten dan Bapak Seran memproduksi jajanan ini bukan untuk dijual eceran, melainkan untuk dijual ke tengkulak. Selama ini pemasaran yang dilakukan Ibu Laminten adalah disekitar Ploso dan Megaluh. Lebih luas lagi Pak Seran, pasarannya mulai Jombang kota, kecamatan sekitar Jombang kota hingga sampai ke Gempol dan Porong. Selain itu, Beliau juga menerima pesanan.
Penasaran dan ingin mencoba? Ayo, hunting bola-bola brondong……….[red-]